Pesona Putri Mandalika Legenda Hingga Tradisinya di Pantai Seger Lombok

matamatadot.com || Lombok – Pesona Putri Mandalika Legenda Hingga Tradisinya di Pantai Seger Lombok, yang turun temurun masih terawat sampai sekarang.

Mereka bukan kunang-kunang bercahaya, melainkan ribuan orang yang memenuhi segenap permukaan garis pantai yang panjangnya tak lebih dari 500 meter.

Ribuan orang inipun menenteng wadah atau ember, jaring penangkap ikan aneka rupa dan warna-warni jaket serta kardigan penghalau dinginnya malam.

Sumber IG : @metro

Tak sedikit pula yang membiarkan tubuh mereka terjamah dinginnya embusan angin malam, karena hanya pakaian tipis yang melekat di tubuh.

Mereka menyebar, ada yang memilih tepi bebatuan pantai, meski tak sedikit pula yang membenamkan separuh badannya di bibir pantai.

Namun kelap-kelip cahaya itu belum juga menyingkir dari bibir permukaan air asin tepian karang terjal di antara riak deburan ombak.

Sekuat tenaga mereka mengalahkan kantuk malam itu, meski sang waktu telah mengingatkan satu jam lagi hari segera berganti.

Sejauh mata melayangkan pandang, nyaris sulit menemukan ruang kosong untuk menjejak kaki karena warga sudah mengisinya.

Malam itu mereka berharap pada satu janji seorang putri cantik yang rela menceburkan diri karena tak ingin terjadi perpecahan.

Legenda Putri Mandalika

Sumber IG : @raden.adilhummas

Inilah bau nyale, sebuah tradisi lama milik masyarakat Sasak, suku terbesar di Lombok, pulau seluas 4.725 km2 garis pantai sepanjang 1.364 kilometer (km) dan menjadi bagian penting dari Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Masyarakat setempat percaya kalau nyale adalah jelmaan Putri Mandalika, anak pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting dari Kerajaan Tonjang Beru dalam hikayat kuno Sasak.

Putri Mandalika sebagai sosok cantik yang menjadi perebutan oleh banyak pangeran dari berbagai kerajaan di Lombok seperti Kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan Beru.

Bau nyale adalah aktivitas masyarakat untuk menangkap cacing laut yang dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan tradisional Sasak (pranata mangsa) atau tepat 5 hari setelah bulan purnama.

Seluruh undangan sibuk mencari, namun mereka hanya menemukan kumpulan cacing laut yang kemudian mereka percayai sebagai jelmaan Putri Mandalika.

Akhirnya Putri Mandalika memutuskan untuk mengundang seluruh pangeran beserta rakyat di Pantai Kuta, Lombok pada tanggal 20 bulan 10, tepatnya sebelum Subuh.

Komentar